Saturday, July 1, 2017

SCRB, Perangkat Keselamatan dan Kapal Penyelamat

Survival Craft and Rescue Boat atau SCRB  dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang pesawat/craft keselamatan dan kapal penyelamat. Yang dimaksud dengan survival craft adalah pesawat keselamatan berupa sekoci, dan sekoci karet. Sedangkan rescue boat merupakan kapal
penyelamat yang biasanya digunakan pada saat terjadi peristiwa MOB atau Man Overboard (orang yang terjatuh dari atas kapal dan terapung di laut). Setiap kapal yang berlayar harus dilengkapi dengan 6 macam peralatan dan pesawat keselamatan sebagai berikut:


  • Life Boat (sekoci penolong)
  • Life Raft (rakit penolong)
  • Life Buoy (pelampung penolong)
  • Buoyant Apparatus (alat-alat pelampung lainnya~life ring,etc*
  • Life Jacket (rompi penolong)
  • Line Throwing Apparatus (alat pelempar tali)
Life Boat biasanya terbuat dari bahan Fiberglass dan dilengkapi dengan motor serta perlengkapan keselamatan lainnya (air kemasan, makanan/biscuit, signaling device (parachute flares, hand flares, smoke, mirror, dsb). Tergantung besar kecilnya life boat, untuk kapal pesiar rata rata satu life boat dapat mengangkut kurang lebih 150 orang penumpang pada saat emergency dan dapat digunakan untuk tender service (mengangkut penumpang dari dan ke pier/pelabuhan pada saat kapal anchor) dengan maximal angkut 75 orang penumpang.

Life Raft yang digunakan di kapal biasanya terbuat dari bahan karet dan dibungkus kapsul, bersifat inflatable serta ditempatkan di geladak kapal terbuka dan hanya diikat dengan automatic release. Kegunaan dari automatic release ini adalah untuk melepaskan life raft secara otomatis pada saat kapal tenggelam di bawah air laut kurang lebih setelah mencapai kedalaman 2-4 meter. Dengan demikian life raft dapat mengembang di permukaan air laut dan dapat digunakan oleh para penumpang yang selamat. Perlengkapan keselamatan juga terdapat pada Life Raft (rakit penolong) seperti pada life boat.

Pada saat terjadi situasi emergency seperti kebakaran atau kapal mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kapal akan tenggelam, Kapten kapal/Nahkoda akan memberikan pengumuman melalui PAS atau Public Announcement System yang dapat di dengar diseluruh rauangan di dalam kapal. Apabila Nahkoda memerintahkan untuk meninggalkan kapal atau abandon ship, kapten akan membunyikan alarm sebagai berikut:


  • Abandon Ship alarm : seven short blast followed by one long blast repeated at least three times atau tujuh bunyi pendek diikuti dengan satu bunyi panjang diulang minimal 3 kali.
  • Fire Alarm : one short one long sounded three times and repeated continously with announcement atau satu pendek satu panjang diulang tiga kali dan dilanjutkan berkesinambungan diikuti pengumuman dari anjungan/bridge.

Setelah mendengar alarm tersebut setiap crew yang bertugas hendaknya melakukan tugas seperti apa yang tertera pada mustering list atau assignment dari Chief Officer atau Kapten. Untuk crew yang bertugas pada saat mendengar abandon ship alarm diharapkan menuju kamarnya dan berpakaian hangat serta mamakai life jacket dan menuju ke muster station dan melakukan tugas masing masing ( boat commander dan assistantnya memeriksa penumpang dan mengechek kelengkapannya~life jacket dan presensi~). Setelah semua penumpang dinyatakan siap dan sekoci siap beroperasi maka penumpang mulai embark ke sekoci dengan dihitung keras berdasarkan nomor urut dan diatur oleh assistant boat commander tempat duduknya. Setelah itu sekoci diturunkan dan secara otomatis bowsing tacle akan terlepas dari tali pengaitnya setelah sekoci menyentuh permukaan laut.
Setelah sekoci launching di air maka sekoci tersebut menjauh dari kapal induk untuk menghindari ikut terisapnya sekoci kedalam laut pada saat kapal tenggelam. Pada saat didalam sekoci seluruh penumpang diberikan seasick pills atau obat anti mabuk untuk menghindari adanya penumpang yang mabuk laut. Kemudian sekoci menarik life raft dan mengumpulkannya menjadi satu serta berpatroli keliling sekitar tenggelamnya kapal induk untuk memastikan tidak ada penumpang selamat yang tidak terselamatkan atau terlewatkan. Setelah itu seluruh life raft di posisikan di tengah dengan di kelilingi oleh seluruh sekoci. Air minum berupa paket kecil 0.5 liter/person/day diberikan setelah 1x24 jam, sedangkan makanan berupa biscuit yang mengandung kalori tinggi. Apabila makanan telah habis maka fishing gear dipergunakan untuk memancing ikan di laut. Apabila kehabisan air minum, secara darurat penumpang dapat mengumpulkan embun pada pagi hari dan menempungnya serta menampung air hujan sebanyak banyaknya (sekoci dan rakit penolong di desain untuk dapat mengoptimalkan penjaringan air hujan sebanyak banyaknya.

Itulah hal hal utama yang perlu diketahui dalam pelatihan Survival Craft and Rescue Boat yang harus diketahui dan diterapkan oleh tiap tiap pelaut dalam mengantisipasi keadaan gawat darurat di atas kapal. Untuk anda senior pelaut tentunya anda sudah pernah melakukan dan tahu apa itu Survival Craft dan Rescue Boat.

Untuk mendapatkan pengakuan ketrampilan SCRB, selain memiliki pengalaman berlayar, seorang pelaut juga harus mengikuti pendidikan pada lembaga yang menyelenggarakan sekolah pelayaran. Biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 600.000 dengan lama pendidikan kurang lebih 3 hari. Setelah dinyatakan lulus, maka peserta pendidikan mendapatkan sertifikat SCRB dari lembaga pendidikan pelayaran.

No comments:

Post a Comment

Adforce Groub Blitar

   Selamat untuk calon ABK ikan Adforce Group SOP dan MOU dari agent USA sudah keluar. Yang akan segera di berangkatkan pada bulan Nove...